Sabtu, 08 Desember 2012

Menerapkan gaya Kepemimpinan Jokowi di Organsiasi Kampus: Jurus Interfensi Sosial. (Part 2)

Akhirnya
sempet juga untuk menulis blog

Setelah berjubel - jubel dengan garapan di kantor
(hahahaha, sekarang bisa nyombong kerja. Awas kualat)

Oke pemirsa
Masih ingat episode kemarin
Ringkasannya

seorang cowok keren menjabat sebagai kadept ristek
punya ambisi untuk meningkatkan mahasiswa pembuat PKM di Jurusannya
namun dia frustasi karena ternyata warganya adalah Kaum jahiliyah yang gak ada minat terhadap PKM

segala cara sudah di cobanya
mulai dari publikasi menggila (sampai orangnya gila)
seminar PKM gratis
bank data PKM gratis
layanan konsultasi gratis
uang gratis
Iya jurus andalan terakhir adalah uang gratis
tapi hasilnya N.I.H.I.L
warganya yang membuat PKM hanya 10 orang dari total 400 mahasiswa Sipil pada masa pengumpulan PKM tahap pertama ITS
Oh my God.
Sungguh I.R.O.N.I

Alhasil
Si kadept Ristek ini pun komplikasi alias mumet
Dia gak bisa makan selama 7 hari
gak bisa tidur selama satu bulan
hahahah (versi alay)

hingga akhirnya
setelah mengadakan evaluasi dengan para petinggi Ristek
Bagus anshori si sekdept yang "ndut ndut"
Aklias fitanto kabiro prestasi yang "melankolis boy"
BPH lain (si hadi dan si Anto) yang "asoy pintarnya"
Dan 15 staff Ristek yang "culun culun"


Gambar. BPH Ristek. yang Keren ala Boyband.
(Yang ganteng yang duduk didepan pakai sepatu hitam.red)

Rapat pun dimulai. Dilahirkanlah satu kata kunci penting
"mengapa segala cara udah dicoba namun tetep saja belum sukses"

Ada satu prinsip penting dalam berorganisasi yang kita temukan. Yang mana jika hal ini dilaksanakan. maka organisasi itu akan sukses. Dan jika prinsip ini dilupakan, maka cepat atau lambat organsasi itu akan stagnant.

Apakah itu ? (Prinisp ini saya konversikan secara teknis pada kondisi saat itu)
"berpikirlah sebagai warga sipil, dan katakanlah : "
"Program kerja seperti apakah yang benar - benar mereka inginkan?"

"Apakah peningkatan PKM yang selama ini sangat mereka inginkan"
"Atau jangan - jangan peningkatan PKM ini hanya keingina dan ambisi saya prinadi"


Intinya dalam menyusun Program kerja disuatu organsiasi itu adalah
PROGRAM KERJA HARUS "BOTTOM TO UP"  BUKAN  "UP TO BOTTOM"

Kami pun melakukan langkah gerak kongkrit.
Ini yang tidak dilakukan semua Jurusan.
Kami meminta data base setiap angkatan
Mewawancari setiap orang
Dan mengidentifikasi tiap angkatan
"Siapa saja mahasiswa yang memiliki minat terhadap PKM dan siapa saja yang tidak ada"

Dan ternayata. Faktanya mengejutkan sekali.
Ada sekitar 30-an mahasiswa yang minat terhadap PKM
Sementara sisanya. Sama sekali tidak ada minat terhadap PKM.
Lebih dari 92% mahasiswa Sipil yang tidak minat PKM.
Mereka yang tidak minat mengaku tidak ada feel. Bahkan mengaku acuh dengan segala kegiatan PKM.
Mereka mengaku memiliki passion yang lain. Bahkan iming-iming duitpun tidak bisa menggerakkan mereka. Kalau bicara passion itu sulit. Ibarat pemain sepak bola dipaksa main basket. ya gitu lah.

Dan parahnya adalah aku selama ini menghabiskan uang dan tenaga hanya untuk memperjuangkan mereka setengah mati agar suka membuat PKM. Aduh aduh.
Namun semua ini tidak sia sia. tidak ada kegagalan yang sia sia di muka bumi ini. Akupun mendapatkan pembelajaran penting. Pelajaran pentinya adalah :

"Seharunya melakukan survei dulu sebelum membuat proker.  APA YANG MEREKA INGINKANLAH YANG KITA FASILITASI. BUKA MEMFASILITASI APA YANG TIDAK MEREKA INGINKAN"

Oke oke. pelajaran pertama sudah dapat.
Sekarang berpikir berpikir
Apa ya langkah selanjutnya
Sudah terlanjur membuat target 70 PKM DARI MAHASISWA SIPIL
tapi data dilapangan yang minat hanya 30 - an

Parahnya 30 ini pun masih ogah - ogahan. kalau sempet ya mereka buat PKM.
kalau ketembak tugas besar ya. Pikir pikir lagi. Apalagi mereka semua pada sibuk-sibuknya di organsiasi.
Huf.... !!!! Bisa bisa malah dibawah 30 yang ngumpulin.

Bimsalabim
Tiba tiba ide cerdas pun muncul.
Aha. Bagaimana caranya agar 30 mahasiswa ini masih mau membuat PKM sampai akhir. Dan gak "mutung" di tengah jalan akibat kesibukan.
Ya. Jawabannya muncul.
"Kita langsung terjun ke mereka, dan mengadakan pertemuan nonformal dengan mereka di setiap waktu luang mereka,  untuk memfasilitasi total, mensupport, memberikan perhatian, konsultasi PKM atau sekedar menanyakan progress PKM nya"
Ya.
Kami yang menjemput bola. Bukan malah sebaliknya

Blue print pun di susun
Aku menghendle angkatan 2009
Bagus menghendle angakatn 2008
Aklis menghendle angakatn 2007

Ya. jadi kami bertiga pun menemui satu orang per satu orang untuk memberikan layanan PKM secara personal dan mengkontrol progress. Inilah yang saya sebut sebagai PENDEKATAN ALA JOKOWI. Yakni Pemimpin HARUS TURUN KE LAPANGAN. JURUS INTERFENSI SOSIAL.

Dan hasilnya luar biasa. Mereka yang kami berikan perhatian pun mulai sedikit banyak bergairah membuat PKM. Entah karena merasa diperhatikan atau sekedar sungkan. Hehehe. Itu kami lakukan selama 2-3 minggu. kita mengadakan pertemuan dan pertemuan personal dengan mereka yang minat PKM. Menanyakan. memberikan perhatian. Mendengarkan dan mensupprot. Itu terus kita lakukan selama 2-3 minggu denga menemui satu per satu orang yang minat PKM tadi



Gambar. Metode interfensi sosial yang dilakukan Ristek. pendekatan personal ke warga.

Kesulitannya ada sih. yang pasti lebih menguras tenaga.
ngosh ngosh harus menemui orang per orang.
kadang mendapatkan respek. kadang tidak didengarkan. kadang diacuhkan.
Huahhhhh. Sabar sabar.

Tapi pembelajaran disini yang saya dapatkan adalah pemimpin harus siap terhadap segala perlakuan negatif warganya meskipun dia mengawali untuk berbuat positif. Pemimpin yang hanya berharap dipuja oleh warganya adalah mereka yang bermental kerdil (Wuih. makjleb. heheh)
Akhirnya saudara saudara. langkah kamipun bisa dikatakan terbilang suskes.
Hm. selain kami lebih dekat dengan warga.
Menghilangkan genre selama ini bahwa "Ristek Eksklusif". 
Jumlah PKM meningkat dibanding tahun kemarin.
Tahun kemarin cuman 13 PKM. tahunku ada 32 PKM.
Yang didanai 17 PKM. memang sih gak ada apa-apanya dibanding dengan jurusan di FTI.
yang pasti  beda daerah, beda jurusan, beda permasalah yang dihadapi.
dan yang pasti adalah :

"Pemimpin hebat dilahirkan dari kondisi lingkungan yang memiliki permasalahan yang kompleks. (Mengutip buku Hideyoshi the swordless samurai)"

Dan alhamdulillah. Pencapaian ini yang tertinggi dibanding pencapaian tahun sebelumnya dan sesudahnya.
Memang sih tidak memenuhi target 75 PKM. tapi so far inilah hasil buah kerja keras yang kita dapatkan.

Catat hal hal penting ini

1) Buatlah kebijakan atau proker yang berasal dari kebutuhan warga. berpikirlah apa yang kalian inginkan jika kalian menjadi warga. Fasilitas apa yang ingin mereka dapatkan. Jangan terlalu berpikiran sempit dengan ambisi dan idealisme kita

2) Sesekali. Turunlah ke warga untuk sekedar menanyakan. "program kerja apa yang mereka inginkan"
Atau : "Apa yang kurang dari program kerja ini". Hal ini sangat efektif .

3)
Pemimpin harus siap terhadap segala perlakuan negatif warganya meskipun dia mengawali untuk berbuat positif. Pemimpin yang hanya berharap dipuja oleh warganya adalah mereka yang bermental kerdil

4) Berikan perhatian yang bersifat personal. Bukan komunal. Treatment per individu. Atur anak buahmu agar mereka bisa menemui dan berkomunikasi dengan warga secara langsung.

5) Pahamilah bahwa jika kamu lahir dilingkungan yang tertinggal. maka itu tantanganmu untuk bisa membuatnya menjadi lebih maju. pemimpin besar dilahirkan dari kondisi lingkungan yang terbelakang.
Syukurilah itu. Kurangi mengeluh

Oke saudara saudara.
Sekian yang dapat saya saringkan
Dukung pemimpin yang terjun langsung ke rakyat "
Untuk Indonesia lebih baik

Batam
08/12/2012
19.24



4 komentar:

  1. Assalammu'alaikum.wr.wb Mas Danar..
    Tulisannya bagus bgt.. gaya bertutur yg khas..
    Content tulisan jg sangat menginspirasi..
    Lanjutkan !

    BalasHapus
  2. Walaykumsalam

    Jangan salah loh
    aku terisnpirasi nulis itu karena kamu memiliki semangat dan keistiqomahan dalam menulis

    gaya bahasamu juga khas farendi
    Ayo lanjutkan. Aku siap memberikan testimoni bukumu nanti. hahaha (mayak)

    BalasHapus
  3. Bagaimana realita di organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar?
    Bukankah organisasi yg lebih besar seharusnya punya sistem yang lebih (dahulu) baik? :)

    gaya rek sing ngeblog terus
    aku gak rajin2 banget jeh
    iki blogku

    http://muhlassangputrakehidupan.blogspot.com/

    BalasHapus
  4. Nah. Itu kelemahannya

    kalau dilihat dari metodenya Pak Jokowi
    dia bisa mengcover Blusak Blusuk untuk Daerah kecil yakni Solo dan Jakarta.

    Tapi kalau metode Blusak Blusuk di terapkan di RI ya cukup berat. Lebih cocok itu buat mentrinya, Kayak Dahlan Iskan, tapi itupun berat.

    Wah. Blogmu isinya politis semua. Heheheh. mencerminkan kepribadiannya

    BalasHapus